Pengertian Masa Aksara | Pengertian, Sejarah, dan Contoh Peninggalannya

Masa Aksara
Pengertian Masa Aksara adalah 

Pengertian "Aksara" secara etimogis berasal dari bahasa Sanskerta yaitu akar kata "a-" 'tidak' dan "kshara" 'termusnahkan'. Jadi, aksara adalah sesuatu yang tidak akan musnah atau kekal. 

Dikatakan sebagai sesuatu yang kekal, karena peranan aksara dalam mendokumentasikan dan mengabadikan suatu peristiwa komunikasi dalam bentuk tulis. kesuraman dan kemuliaan masa lalu dapat disentuh kembali dengan bukti literal Melalui tulisan yang ditatah di atas batu, sampai ditulis di atas daun palem dan lempengan tembaga.

Bagan Masa Aksara
Istilah lain untuk merujuk pada aksara adalah huruf atau abjad (Arab) yang dipahami sebagai simbol suara (fonem) sedangkan suara itu sendiri adalah simbol pemahaman yang menurut catatan sejarah secara luas terdiri dari kategori (Kartakusuma 2003):

1. Piktografik antara lain aksara hieroglif Mesir, Tiongkok Purba;

2. Ideografik antara lain aksara Tiongkok masa kemudian yang hasil goresannya tidak lagi dilihat melukiskan benda konkrit; 

3. Silabik antara lain menggambarkan suku - suku kata seperti nampak pada aksara Dewanagari (Prenagari) , Pallawa Jawa, Arab, Katakana dan Hiragana Jepang 

4. Fonetik antara lain aksara Latin, Yunani, Cyrilic atau Rusia dan Gothik atau Jerman.

A. Munculnya Tradisi Tulisan di Indonesia

Sebuah teks kuno yang dapat menghubungkan tradisi lisan dengan tradisi penulisan adalah tentang asal-usul abjad Jawa, lebih dikenal sebagai Legenda Aji Saka.

Beberapa ahli memiliki kesimpulan yang hampir sama, bahwa legenda Aji Saka ini memiliki hubungan dengan penggunaan kalender Saka yang digunakan di Jawa sebelum kalender Islam dan kalender Jawa diperkenalkan oleh Sultan Agung pada tahun 1633 M.

Prasasti tertua yang ditemukan di Nusantara berasal pada abad ke 5masehi, yaitu pada masa tarumanegara. namun, keduanya masih menggunakan bahasa sansakerta dan huruf pallawa.

Prasasti tertua yang ditemukan di Nusantara berasal dari abad ke-5, tarumanegara. Namun, keduanya masih menggunakan huruf sansekerta dan pallawa.

Prasasti Dinoyo dari Malang, Jawa Timur, yang tertanggal 760 SM. Sedangkan kitab  sastrakakawin Ramayana yang merupakan zaman tertua menurut Stutterheim hanya ditulis pada akhir abad ke-9 Masehi.

B. Rekaman Tertulis Dalam Tradisi Sejarah Masyarakat Berbagai Daerah di Indonesia.

 

Cerita-cerita dari berbagai daerah dapat memberi petunjuk ke arah fakta-fakta sejarah dari suatu suku bangsa. Setelah suku bangsa yang bersangkutan mengenal tulisan tradisional dan mempunyai suatu kesusastraan tradisional, maka petunjuk ke arah fakta-fakta sejarah itu semakin banyak dan semakin jelas. Terdapat ribuan naskah naskah hasil karya kesusastraan tradisional yang sampai pada kita sekarang.

Naskah yang dikenal luas dalam tradisi tertulis terdiri dari: kakawin, primbon, serat, babad, piwulang, tembang, suluk, dongeng, dan sebagainya. Karya itu menurut James Dananjaya dapat diklasifikasikan sebagai cerita rakyat yang dapat digunakan sebagai sumber penggunaan sejarah.

1. Prasasti.

 

Prasasti adalah peninggalan tertulis yang diukir dalam batu atau logam. Ada sekitar 3000 prasasti yang ditemukan yang berasal dari zaman Indonesia klasik. Prasasti adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh raja atau pejabat tinggi kerajaan.

Prasasti-prasasti ini pada umumnya mempunyai bentuk dan susunan yang hampir serupa, yaitu :diawali dengan uraian pembebasan tanah disertai dengan angka tahun, batas serta ukuran tanah yang dibebaskan, daftar orang-orang yang diserahi melaksanakan tugas, hadiah-hadiah yang disediakan untuk keselamatan, selanjutnya upacara-upacara yang dilakukan dan akhirnya kutukan-kutukan terhadap mereka yang tidak mentaati apa yang ditetapkan oleh raja.

Pada prasasti abad ke 4 hingga ke 8, di kepulauan nusantara menggunakan bahasa pallawa dan sansacerta, prasasti ini biasanya ditulis dalam bentuk syair menggunakan kaidah atau aturan India.

Prasasti yupa yang dikeluarkan oleh raja mulawarman di Kutai, Kalimantan Timur, menunjukkan proses penghindaran. Namun, di Sumatra prasasti Sriwijaya telah ditulis dalam bahasa Melayu kuno.


di Indonesia Huruf pallawa berubah menjadi huruf Kawi (bahasa Jawa kuno). Bentuk huruf atau simbol yang digunakan dalam huruf Kawi adalah bentuk khas Jawa.

 

Pada umumnya prasasti berisi tentang :

- Penghormatan kepada dewa.
- Angka tahun dan penanggalan.
- Menyebut nama raja.
- Perintah kepada pegawai tinggi.
- Penetapan daerah sima (daerah bebas pajak).
- Sambhada (sebab musabab suatu daerah dijadikan daerah sima).
- Para saksi.
- Desa perbatasan daerah sima (wanua tpisring)
- Hadiah yang diberikan dari daerah sima kepada raja, pendeta, dan para saksi.
- Jalannya upacara.
- Tontonan yang diadakan.
- Kutukan atau sumpah serapah kepada yang melanggar peraturan.

Berdasarkan bahasa dan tulisan yang dipergunakan, prasasti di Indonesia dapat dibagi sebagai berikut:

a) Prasasti berbahasa Sansekerta.

Prasasti yang menggunkan bahasa sansekerta. Digunakan oleh kerjaan dari abad ke-5 sampai ke-9. Menggunakan tiga jenis huruf, yaitu:
1) Huruf Pallawa.
2) Huruf Pra – Nagari atau huruf Siddham.
3) Huruf Jawa kuno (kawi)

b) Prasasti berbahasa Jawa Kuno.

Prasasti yang menggunakan bahasa Jawa Kuno. Dipakai pada abad ke-10. Menggunakan dua jenis huruf, yaitu:
1) Huruf Jawa kuno.
2) Huruf Pra – Nagari (Siddham).

c) Prasasti berbahasa Melayu Kuno.

Prasasti yang menggunakan bahasa Melayu Kuno.

d) Prasasti berbahasa Bali Kuno.

Prasasti yang menggunakan bahasa Bali Kuno, merupakan peninggalan kerajaan di Bali.

2. Kitab Kuno


 

Kitab ini adalah karya sastra penyair di masa lalu yang dapat digunakan sebagai panduan untuk mengungkap peristiwa sejarah. Kerajaan-kerajaan besar di masa lalu memberikan posisi khusus kepada para penyair.

Tetapi tulisan-tulisan para penyair tidak dapat dipisahkan dari pengaruh kekuasaan, sehingga tulisannya seringkali tidak netral. Kitab kuno di Indonesia dapat dibagi menjadi 2 yaitu Zaman Hindu-Budha dan Zaman Islam.

1)  Zaman Hindu – Budha.

Pada zaman kerajaan Hindu – Budha berkembang di Indonesia, kesusastraan di bagi menjadi:
a) Zaman Mataram (abad 9 dan 10).
b) Zaman Kediri (abad 11 dan 12).
c) Zaman Majapahit I (abad 14), dengan bahasa jawa kuno.
d) Zaman Majapahit II (abad 15 dan 16), dengan bahasa Jawa Tengahan. Sebagian berkembang di Bali.

Hasil – hasil kesustraan zaman Indonesia klasik ditulis dalam bentuk gancaran (prosa) dan tembang (syair). Ditinjau dari segi isi, maka kitab – kitab kuno dari zaman Hindu – Budha dapat dibagi menjadi sebagai berikut:
a) Tutur atau kitab keagamaan.
b) Sastra atau kitab hukum, termasuk di dalamnya kitab – kitab, sasana yang berisi peraturan – peraturan untuk golongan masyarakat tertentu.
d) Wiracarita atau cerita kepahlawanan.
e) Kitab sejarah.

Hasil–hasil kesusastraan dari zaman Majapahit yang dimaksud sebagai kitab sejarah selain kitab sastra adalah sebagai berikut :

a) Nagarakertagama.


Kitab ini mempunyai peran besar dalam penulisan sejarah Indonesia. Kitab ini menguraikan sejarah kerajaan Singosari dan Majapahit.

b) Pararaton.


Diperkirakan kitab ini berasal dari tradisi lisan sehingga nama penulisnya tidak ditemukan.

c) Sundayana.

Kitab ini menceritakan nasib dari raja Sunda yang beranama Sri Baduga Maharaja yang datang ke Majapahit untuk mengantarkan putrinya.

d) Panji Wijayakrama.

Kitab ini menceritakan tentang riwayat Raden Wijaya sampai dengan menjadi raja Majapahit.

e) Ranggalawe.


Mengisahkan tentang pembrontakan Ranggalawe dari Tuban terhadap raja Jayanegara.

f) Sorandaka.


Mengisahkan pemberontakan Sora terhadap raja Jayanegara.

g) Pamancangah.


Mengesahkan sejarah para Dewa Agung dari kerajaan Gelgel (Bali).

h) Usana Jawa.

Menceritakan Gajah Mada dan Arya Dama yang melakukan penaklukan Bali.

i) Usana Bali.

Menceritakan kekacauan di Bali disebabkan mengganasnya seorang raksasa bernama Maya Danawa.

2) Zaman Islam

Kesusastran zaman Islam banyak berkembang di daerah Selat Malaka dan Jawa. Beberapa contoh Kitab Kuno pada Zaman Islam, yaitu :

a) Hikayat.


Karya sastra yang isinya beraneka ragam. Pada hakekatnya Hikayat adalah cerita dongeng belaka. Banyak bersifat supranatural, seperti : Hikayat Raja Pasai dan Hikayat Silsilah Perak. Babad, diantara beberapa Kitab Kuno yang dapat dikatakan sebagai Babad yaitu :

- Hikayat Raja Pasai
Melihat isinya kitab ini digolongkan sebagai Babad karena kitab ini dimaksudkan sebagai sejarah tradisional. Kitab ini berisi tentang sejarah Kerajaan Pasai dari awal berdiri hingga ditaklukkan Kerajaan Majapahit.

- Sejarah Melayu.
Kitab ini ditulis Bendhara Tun Muhammad, Patih Kerajaan Johar, atas perintah dari Raja Abdullah. Kitab ini dimaksudkan untuk sejarah.

- Hikayat Hasanuddin
Hikayat ini disebut juga Daftar Sejarah Cirebon dan Kitab Silsilah Segala Maulana di tanah Jawa. Kitab ini merupakan saduran dari Kitab Banten Rante-rante mengisahkan Parawali di Jawa serta keturunan mereka.

C. Perkembangan Penulisan Sejarah di Indonesia.


Historiografi atau penulisan sejarah di Indonesia terbagi menjadi tiga jenis, antara lain yaitu.

1. Historiografi Tradisional

a) Historiografi Tradisional Kuno

Historiografi tradisional kuno mempunyai cirri-ciri sebagai berikut
1) Merupakan hasil terjemahan kebudayaan Hindu
2) Bersifat religiomagis
3) Bersifat keraton sentries
4) Untuk menaikkan martabat kasta brahmana

b) Historiografi Tradisional Tengah

Histiriografi tradisional tengah mempunyai cirri-ciri sebagai berikut.

1) Peristiwa terjadi di luar keraton
2) Bersifat etnosentris, berbentuk khas Jawa
3) Bersifat naratif konsepsional
4) Bersifatnonofficial

c) Historiografi Tradisional Baru

Historiografi tradisional baru mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

a) Unsur-unsurnya bergaya Islam Jawa (mitologis)
b) Bersifat kronologi
c) Bersifat etnosentris
d) Bersifat feodalistik

2. Historiografi Kolonial

Historiografi kolonial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a) Sudut pandangnya Eropasentris atau Nerlandosentris
b) Isinya tentang kejadian-kejadian di Belanda
c) Tokoh-tokoh sejarahnya merupakan orang-orang Belanda
d) Orang-orang Indonesia hanya dianggap sebagai objek sejarah

Historiografi ini ketika Indonesia berada di bawah pemerintahan kolonial sehingga penulisan sejarah digunakan untuk kepentingan para penjajah. Tokoh Penulis Belanda tentang sejarah Indonesia diantaranya J.J. Meinsma, A. Pompe, Stepel, dan De Graaf.

3. Historiografi Nasional

1) Seminar Sejarah Nasional I

Seminar ini diadakan pada tahun 1957 di Yogyakarta, melihat pentingnya persiapan Sejarah Nasional Indonesia. Muhammad Yamin dan Soedjatmiko berpendapat bahwa ada kebutuhan untuk mengganti sudut pandang historis.

Hal tersebut diperjelas oleh Sartono Kartodirdjo tentang metodologi penulisan Sejarah Nasional Indonesia.

2) Seminar Sejarah Nasional II

Seminar ini juga diadakan di Yogyakarta pada tahun 1970. Pada waktu itu Sartono Kartodirdjo kembali memaparkan pendapatnya tentang ciri-ciri historiografi nasional Indonesia. Ciri-ciri historiografi nasional Indonesia menurut Sartono Kartodirdjo yaitu sebagai berikut.

a) Memperhatikan berbagai aspek kehidupan masyarakat di Indonesia
b) Menggunakan pendekatan dari berbagai ilmu
c) Menerapkan sejarah analitis
d) Tidak mengabaikan sejarah lokal

Terima kasih telah membaca artikel ini, jangan lupa klik tombol share dibawah biar semuanya tau artikel pengetahuan ini

0 Response to "Pengertian Masa Aksara | Pengertian, Sejarah, dan Contoh Peninggalannya"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel